28/03/12

PERTANIAN ORGANIK - Konsep dan Metode

Pertanian yang dikembangkan di Indonesia selama ini bercorak monokultur dan padat asupan dari luar. Akibatnya adalah menurunnya variasi potensi hayati Indonesia yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh manusia dan muncul ketergantungan petani yang berlebihan pada berbagai asupan luar seperti pupuk kimia, pestisida kimia dan aneka benih. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi bilamana pemerintah dan petani mensyukuri variasi keanekaragaman hayati Indonesia yang termasuk terbesar di dunia.


Tujuan :
·         Petani memahami permasalahan atau dampak pertanian kimiawi
·         Petani menyadari dampak ketergantungannya atas asupan luar
·         Petani mampu menemu kenali kembali kearifan bertani masa lalu
·         Petani memahami konsep-konsep pertanian organik dan pertanian terpadu serta Pertanian Organik Terpadu

Materi :
Pertanian yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia melalui program BIMAS, INMAS, INSUS dan SUPRAINSUS selama ini merupakan paket teknologi yang mensyaratkan penggunaan aneka pupuk kimia dan pestisida kimia akibat benih yang diperkenalkan memang sudah diadaptasikan/ hanya cocok dengan bahan-bahan kimia tersebut. Setelah beberapa tahun digunakan oleh petani ternyata membawa akibat-akibat yang tidak dikehendaki, seperti tanah menjadi bantat, mikroorganisme penyubur tanah mati, belut menjadi langka, muncul hama-hama baru yang lebih tahan pestisida dll. Akhirnya biaya produksi menjadi mahal dan tidak sebanding dengan yang dihasilkan atau keuntungan petani semakin tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehari-hari.
Semua bahan-bahan kimiawi pertanian tersebut di atas harus diadakan oleh petani dengan biaya yang semakin tinggi tanpa ada posisi tawar sama sekali dari petani. Pada berbagai keadaan, yang terjadi adalah peningkatan hasil produksi tetapi keuntungan petaninya tetap bahkan menurun. Pemanfaatan kimiawi yang relatif lebih praktis bagi petani juga membawa dampak pada menurunnya kemauan petani memanfaatkan potensi hayati yang mereka miliki seperti pupuk hijau, kompos dan pestisida nabati sehingga ketika terjadi kondisi harga sarana produksi pertanian kimiawi tinggi maka keuntungan petani berkurang, apalagi bila sulit mendapatkannya maka produktivitas menurun bahkan bisa terjadi gagal panen. Roh kedaulatan petani telah diambil alih oleh pemerintah dan terutama pengusaha saprotan.
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda, termasuk sumberdaya alam, pengetahuan maupun ketrampilan dalam bertani. Para tetua jaman dulu memanfaatkan kompos untuk pupuk, ada pranotomongso, ada ’pemberoan’ lahan atau pengistirahatan tanah dll. Mereka melakukan juga berbagai ritual atau upacara untuk meneguhkan pola bertaninya dengan memanfaatkan perangkat upacara dari produk lokal. Dari berbagai ritual tersebut kini telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat sebagai landasan berfikir munculnya teknologi pertanian yang luar biasa yang sering dikenal sebagai ’bioteknologi’. Bioteknologi tersebut kini telah disederhanakan sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan oleh petani pada lahan masing-masing.
Pertanian organik adalah sebuah cara bertani yang arif lokal atau organis ( artinya menyatu dengan petani). Menyatu dalam pengertian organik adalah menyatunya sarana dan prasarana pertanian yang dapat dipenuhi oleh petani itu sendiri atau berbasis lokal. Pertanian organik juga sering disebut pertanian berkelanjutan karena bercirikan pada kemampuan petani untuk berpeluang besar melanjutkan proses bertaninya terus menerus dan diperbaiki dari waktu ke waktu. Seringkali terjadi proses bertani terhenti akibat faktor pasar hasil pertanian, kerusakan lingkungan, peningkatan biaya produksi maupun gejolak sosial setempat, karenanya konsep berkelanjutan kemudian dikembangkan sedemikian rupa menjadi ciri-ciri pertanian berkelanjutan sebagai berikut :
1.    Menguntungkan petani,
2.    Ramah lingkungan,
3.    Adil bagi masyarakat
4.    Manusiawi
5.    Mudah diterapkan
Ternyata hal tersebut mudah dilakukan bilamana petani mengembangkan corak bertaninya dengan metode pertanian terpadu yang cirinya adalah menitikberatkan kombinasi berbagai sarana produksi, kombinasi tanaman, kombinasi tanaman dengan ternak/ ikan dll. Faktor kunci yang menentukan keberhasilan pertanian terpadu adalah kemampuan petani untuk mewujudkan prinsip ’satu tanaman dapat memberikan banyak manfaat-satu manfaat dapat dipenuhi oleh berbagai jenis tanaman’. Pola tumpangsari tumpang gilir, sistem surjan, wana tani, kebun intensif pekarangan dll. Adalah berbagai contoh pertanian terpadu tersebut. Pertanian terpadu adalah sistem pertanian yang sangat menjunjung tinggi keanekaragaman hayati ciptaan-Nya. Dan ketika pertanian terpadu tersebut mengutamakan sumberdaya lokal maka disebut sebagai pertanian organik terpadu. Pertanian Organik Terpadu ini lebih jauh dikembangkan dengan memperhitungkan selain analisis budaya dan ekonomi juga analisis sosial politik yang mempengaruhi keberlanjutan rumah tangga petani.


§ tulisan Bima Widjajaputra sebagai bahan pendukung pelatihan pertanian organik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar