Saat itu menjelang Sholat Ashar, dan kumandang Adzan dari Masjid kampung sebelah terdengar sampai rumah kami. Jujur saja saat mendengarnya saya mau ketawa... Alunannya, lafalnya gak seperti Adzan yang biasa saya dengar, saat harus memanjangkan lafal atau nada tinggi nafasnya seringkali tak sampai, bahkan sesekali diselingi suara batuk. Yach pokoknya fales gitulah. ...! Saya pikir waktu itu semua orang sedang sibuk dan gak ada orang lain sehingga orang ini yang harus mengumandangkan Adzan. Mungkin kalau ikut lomba adzan orang ini sudah di diskualifikasi sejak awal. (Astaghfirullah...Ampunilah Ya Alloh atas pikiran nakalku ini)
Menjelang Sholat Maghrib ternyata masih sama, demikian pula menjelang sholat Isya. Subuh, dzuhur dan seterusnya si Bapak Fales inilah yang paling sering mengumandangkan Adzan. Lama-lama saya sadar..betapa setianya si Bapak ini. Saat orang lain masih sibuk menyelesaikan pekerjaan memburu rente, si Bapak sudah on time untuk beradzan, saat orang masih menghangatkan diri di balik selimut beliau sudah stand by memanggil orang-orang agar menunaikan kewajiban.
Saya malu dan merasa berdosa sudah menertawakan ke Fales-an-nya. Berapa banyak sih orang yang sukarela dan konsisten mau melakukan sesuatu tanpa di beri imbalan uang, harta dan kedudukan?
Ditulis oleh: Ardiati 'bunda Imul'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar