09/08/11

ZAKAT FITRAH "ORGANIK" (1)

Kawan-kawan yang mulai lelah ataupun yang masih tetap bugar,

Sudah beberapa hari ini kita meniti kehidupan Ramadan. Hawa panas yang keluar dari pori-poti sudah mulai sejuk kembali. Tenangnya irama kehidupan jiwa mulai kita rasakan meskipun kadang atau seringkali bahkan, berpalu kontras dengan kesemrawutan lalu lalang pencari makanan menjelang buka puasa.


Kelamnya kehidupan sudah ditutup oleh pemerintah, .... SESAAT SAJA. Memang, tempat-tempat praktek kehidupan 'hitam' sudah ditutup begitu memasuki bulan 'suci' ini tetapi begitu ganti bulan 'DIPERKENANKAN/ DIRESTUI' lagi oleh pemerintah. Padahal seharusnya ditutup selamanya kalau memang dianggap buruk. Rupanya laju birokrasi pemerintahan negaraku berjalan di jalan lain untuk tidak dipersalahkan karena ketidakmampuannya mengelola hak hidup sejahtera rakyatnya. Pengangguran, kemiskinan dan kemaksiatan senantiasa 'terselaraskan' dengan jalannya roda pemerintahan.

Ramadhan, sebuah bulan yang penuh hikmah atau ada yang menyebutnya bulan peningkatan taqwa. Ceritera turunnya Wahyu Al-Qur'an, malam Qadar, puasa, tarawih, zakat fitrah dan ditutup dengan Sholat Idul Fitri dari tahun ke tahun selalu mengemuka. Kaum muslim tanpa kecuali, dituntut untuk membersihkan dirinya setiap saat dalam keadaan apapun. Selayaknya orang mau menerima wahyu, tubuh diseyogyakan suci setiap saat melalui praktek 'bersuci' sehari hari.

Karena pandangan dan pengetahuan yang berbeda-beda antar orang, maka cara-cara 'bersuci'pun bisa jadi berbeda-beda pula. Dalam sebuah diskusi tentang Zakat Fitrah di aula Sanggar ANAK BUMI TANI terungkap berbagai pandangan tentang apa yang seharusnya dibayarkan dalam zakat tersebut. Dengan alasan bahwa zakat fitrah adalah sarana untuk mensucikan diri menuju kembali dalam keadaan fitri, maka disimpulkan bahwa bahan makanan pokok untuk zakat fitrah seharusnya bersih atau dapat diartikan sebagai bebas dari najis, tidak kotor, hasil dari pertanian yang bebas residu atau ramah lingkungan (menyehatkan tubuh dan menigkatkan kualitas lingkungan produksinya), layak diberikan kepada fakir miskin ataupun yang berhak menerima zakat tersebut.

"Kalau ingin memberi, maka usahakan yang terbaik yang kita punya. Gunakan air bersih untuk mencuci pakaian yang kotor supaya menjadi bersih", demikian nasehat orang tua kepada anak-anaknya.
>>> Beras Organik sesuai dengan syarat zakat fitrah
Beras diperoleh dari hasil budidaya padi. Penggunaan pupuk kimia yang sudah berlebih dalam pertanian padi sawah telah menjadikan tanah semakin tandus dan miskin. Di Kabupaten Sleman rata-rata kandungan bahan organik penyubur tanah tinggal 1,5% atau jauh lebih rendah dari kelayakan tanah subur yang mensyaratkan kandungan bahan organik dalam tanah sebesar 5%. Jadi, penggunaan pupuk organik dalam pertanian organik dapat dikategorikan sebagai ramah diri dan lingkungan. Tanah semakin subur, nasi yang ditanak semakin enak dan tahan lama.

Dari sisi kebersihan makanan, beras hasil pertanian organik terbebas dari polutan yang berupa  racun logam berat (biasanya mengandung timbal) sebagaimana yang terdapat pada berbagai jenis racun kimia. Hal inilah salah satu pemicu kanker atau biangnya penurunan kekebalan tubuh. Cara bertani organik mengharamkan jenis racun tersebut melainkan dikelola dengan cara pengendalian hama terpadu yang bersifat alami. Kalau begitu maka dari sisi dampaknya terhadap kesehatan tubuh kiranya makanan organis lebih baik dibandingkan yang mengandung polutan ataupun racun kimia. Artinya, layak untuk Zakat Fitrah.

Siapkah kita menunaikan zakat dengan "Pangan Organik"? Yakinkah kita bahwa rizki kita tak akan berkurang karenanya?

6 komentar:

  1. ajakan yang harus terus menerus digaungkan

    BalasHapus
  2. trims, kita jalan terus krn berubahnya cara pandang tentang zakat ini akan mendasari tindakan cara bertani kita yang lebih manusiawi dan ramah lingkungan. ketidakyakinan atas jaminan rizki dari Allah seringali membuat orang 'takut' mengeluarkan uang untuk pengadaan beras organik tersebut, opo tumon ?!!

    BalasHapus
  3. Sangat jenius, pandangan baru untuk negeri baru yang benar-benar ingat rakyat dan kesuburan negerinya. SAYA TURUT MENDUKUNG GAGASAN ANDA.
    Hanya satu jalan , perbarui negeriku!

    BalasHapus
  4. Ini baru Walhian yang beriman !Sorry yo mas nggak kukasih nama sebenarnya, ntar dikira ndompleng kampanye karena mau PNLH. Bisa datang? Datang ya biar kebiasaan asal teriak di teman2 kita dapat diredam diganti dengan pikiran kritis macem bos Walhi Institute Region Jawa.
    Salam Lestari !!!!!

    BalasHapus
  5. sudah saatnya yang muda2 untuk tampil cak, qt2 mangun karsa dan handayani aja

    BalasHapus
  6. Saya minta ijin share ya, catatan lama yg sangat inspiratif ini...nuwun.

    BalasHapus