Mendengarkan obrolan, musik atau suara-suara alam akan menjadi inspirasi sebuah tulisan tentang keindahan, emosi, opini publik dll. Bahkan tontonan di TV ataupun kejadian di depan mata kita baik secara langsung atau tak langsung dapat menjadi bahan tulisan. Pandangan penulis atas berbagai informasi yang diterimanya akan menentukan opini dan orientasi penulisan dan dampaknya kepada pembaca.
Coba rasakan perbedaan ketiga tulisan ini:
"Ada seekor kambing sedang makan rumput. Terdengar auman harimau dan terkaman kilat mendera kambing tersebut. Sekejap mata kambing itu masuk ke perut harimau. Tampak anak kecil berdiri ketakutan sambil menangis di kejauhan sana".
"Ada seekor kambing sedang makan rumput. Terdengar auman macan dan terkaman kilat mendera kambing tersebut. Sekejap mata kambing itu masuk ke perut harimau. Memang negeri ini negeri bebas, siapa lemah maka akan kalah".
"Ada seekor kambing sedang makan rumput. Terdengar auman macan dan terkaman kilat mendera kambing tersebut. Sekejap mata kambing itu masuk ke perut harimau. Memang negeri ini negeri harimau, yang lemah dimangsa yang kuat tanpa ada perlindungan sama sekali".
Menuliskan pengalaman pribadi kita dengan ditambah tanggapan orang lain atas yang kita alami merupakan informasi yang tersedia dengan mudah. Bahkan kita dapat menulis dari banyak sisi termasuk yang tak terucap, yang hanya terfikirkan atau terasakan saja.
Rumus 5W+1H menjadi rumus umum dalam dunia jurnalistik. Kita sudah mengetahuinya sejak lama, kenapa masih saja sulit menulis ? Barangkali ungkapan 'tidak biasa' layak menjadi kambing hitam kemalasan kita menulis. Ya, kita hanya malas saja. Keberadaan kawan yang sama-sama malas dapat menjadikan semakin malas, demikian sebaliknya. Contohnya, jujur nih, pertemuan belajar ngeblog bersama di Joglo Abang hari minggu kemarin itulah salah satu sumber motivasi saya untuk menulis selain dorongan 'harus bisa karena diminta melatih kawan' sebagai resiko dianggap lebih mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar