28/03/12

PERTANIAN ORGANIK - Pengendalian Hama Terpadu

Selain factor kesuburan tanah dan iklim, keberhasilan pertanian sangat dipengaruhi oleh keberadaan organisme penggangu tanaman atau yang biasa dikenal sebagai hama, gulma dan penyakit tanaman. Keberadaan hama tersebut sangat dipengaruhi oleh cuaca, tempat berlindung dan keberadaan potensial pangan aneka jenis hama tersebut.
Pengendalian cara kimiawi selain membutuhkan banyak biaya juga meninggalkan residu yang mencemari udara, tanah, air dan tanaman serta akhirnya dapat mempengaruhi manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian. Di Kab. Brebes  Sudah ratusan ibu rumah tangga ASI-nya mengandung residu pestisida,bahkan banyak bayi di daerah tersebut pada darahnya juga sudah mengandung racun pestisida yang membahayakan dan banyak anak muda mengalami cacat bawaan sejak lahir.


Salah cara pandang selama ini adalah bahwa hama harus dibasmi dan bukannya dikendalikan telah mengakibatkan peningkatan penggunaan pestisida yang bahkan cenderung berlebihan sehingga melebihi ambang ekonomi. Pengalaman pengendalian hama secara organis yang dilakukan oleh nenek moyang kita perlu ditinjau kembali untuk kemudian disempurnakan sebagai salah satu kearifan pengendalian hama yang arif lingkungan dan budaya setempat.

Tujuan :
]  Petani menyadari bahaya pestisida kimiawi
]  Petani memahami politik pertanian dengan industrialisasi pestisidanya
]  Petani dapat menemukan kembali kearifan pengendalian hama ala nenek moyang
]  Petani memahami konsep dan metode PHTO
]  Petani memahami posisi strategis metode PHTO

Materi :
          Penggunaan pestisida kimiawi sebagai suatu cara pengendalian hama merupakan alternative terakhir ketika cara-cara yang lain gagal. Hal ini dilakukan karena selain tidak ramah lingkungan juga sangat membahayakan kesehatan manusia masa kini maupun generasi yang akan datang. Racun yang tertinggal dalam tanah akan mewariskan tanah yang kurang produktif. Kita sering juga melihat adanya ikan di hilir yang mati, bebek tidak bertelur baik, cacing penyubur yang mati, orang menjadi cacat sejak lahir dan terjadinya pemanasan global.
Kita bahkan pernah mengalami ledakan hama wereng coklat yang mengakibatkan puso nasional meskipun yang kita tanam adalah varietas unggul tahan hama atau VUTW. Sebagaimana sifat makhluk hidup yang cenderung bertahan bila ada sebuah tekanan, hama juga melindungi diri secara permanen atas pestisida tertentu yang gagal membunuhnya. Keturunan dari hama yang gagal dibunuh oleh pestisida kimiawi inilah awalan munculnya hama tahan pestisida.
Faktor harga pestisida yang diluar kendali petani serta tiadanya jaminan keamanan pestisida kimiawi terhadap manusia dan lingkungan juga dapat menjadi alasan yang lain. Meskipun ada larangan bagi produsen, pengedar maupun pemakai pestisida jenis tertentu tetapi pengawasan dan penegakan hukumnya masih sangat lemah dan cenderung tidak berpihak kepada petani. Meskipun labelnya menyebut aman tetapi tidak ada pestisida yang aman bagi kehidupan. Bahkan yang organik-pun meski ramah lingkungan, juga dapat membahayakan jiwa manusia bila tidak diaplikasikan dengan baik. Hingga kini pabrik pestisida kimiawi yang berbahaya masih tetap berproduksi dengan aman bahkan dilindungi oleh negara.
PHTO sudah banyak diterapkan oleh nenek moyang kita jaman dulu. Prakteknya pada masa kini dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain :
]  Pengembangan tanaman perangkap hama diluar lokasi penanaman tanaman utama, misalnya tanaman selasih sebagai penarik lalat buah yang biasa menyerang aneka tanaman buah-buahan termasuk buah cabai dan pare,
]  Penanaman tanaman penangkal hama tertentu mengelilingi areal lahan pertanian, misalnya tenaman serai yang sangat tidak disukai kupu-kupu,
]  Pemusnahan aneka habitat perlindungan hama atau tempat hama berlindung, misalnya penutupan lobang tikus.
]  Pemulsaan tanah dengan tanaman aromatik
]  Pengembangan predator/ pemangsa hama
]  Pengembangan berbagai penyakit hama
]  Pemungutan telur hama pada persemaian
]  Pengadaan perangkap lampu pada pinggir persawahan
]  Pengasapan, Penyemprotan dengan biopestisida
]  Penggunaan jenis tanaman yang tidak disukai hama
]  Dan lain-lain
Untuk dapat mengefektifkan berbagai cara penanggulangan tersebut maka perlu dipahami bahwa hama memiliki daur kehidupan metamorfosa yang pada setiap fasenya menyukai makanan dan tempat tinggal yang berbeda serta waktu makan efektif yang berbeda.
Berbagai jenis hama mampu merusak tanaman dengan cara yang berbeda-beda, ada yang menggigit, ada yang menghisap dan ada yang membusukkan. Melalui pengamatan agroekosistem secara berkala maka kita akan memahami dimana, dengan cara apa dan kapan waktu pengendalian hama tertentu yang paling tepat.
Akhirnya bilamana metode PHTO diterapkan dengan sungguh-sungguh akan mampu menjaga produktivitas tanaman dan kesehatan lingkungan serta manusia yang tinggal di atasnya sehingga kita tidak perlu lagi mengimpor aneka saprotan dan bahkan produk pertanian.



§ ditulis oleh Bima Widjajaputra sebagai bahan pendukung pelatihan pertanian organik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar