19/08/11

HARTA WARISAN AYAH !!!

Saat itu saya sedang melayat di rumah tetangga. Ada seseorang yang memperkenalkan diri  kepada saya  bernama Wati. Ibu Wati ini seorang guru SD dari Magelang. "Saya anak buah Bapak waktu di Magelang" katanya sambil menyebutkan satu wilayah Kecamatan di Magelang.
Almarhum Ayah saya  pernah menjabat sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan yang wilayahnya meliputi satu Kecamatan. Wilayah kecamatan itu meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang sarana jalannya belum begitu bagus. Sebagian masih berupa jalan tanah menanjak yang licin. Dengan kondisi wilayah seperti itu cukup banyak guru yang ditempatkan di daerah yang sulit minta pindah ke lokasi lain yang lebih mudah dijangkau.

Konon sudah jadi hal biasa untuk mempermudah urusan.... fuluspun  bicara. Karena alasan  tertentu Ibu Watipun mengajukan agar dapat segera dipindahtugaskan ke Sekolah yang  lebih dekat.
Ayah tidak segera memenuhi permintaan Ibu Wati karena harus mempertimbangkan kebutuhan guru pada sekolah yang ditinggal dan memproses mereka yang sudah mengajukan kepindahan lebih dahulu.

"Waktu itu saya matur sama Bapak, berapapun biayanya saya bersedia" kata Bu Wati.  "Tapi Bapak malah duko (marah)" lanjutnya.

"Saya mendengar dari guru-guru yang lain kalau Bapak memang tidak mau menerima uang atau hadiah yang begitu. Wah jaman begini sangat  langka  piyayi yang seperti Bapak" kata Bu Wati lagi.

Saya  dapat bicara dan saling bertatapan dengan Bu Wati, coba saja kalau sebelumnya Ayah mau menerima uang dari Bu Wati atau guru-guru yang lain sebagai suap agar urusannya digampangkan...wah pasti aku nggak mampu untuk menegakkan  kepala ...malu karena ada makanan yang berasal dari uang suap yang mengalir di darahku.

Alhamdulillah, dalam keadaan ekonomi yang biasa-biasa saja (aku gak bilang mepet..nanti ndak dibilang gak bersyukur) tetapi ayah masih menjaga kehormatan. Barangkali kalau Ayah menerima uang sogokan dari para guru, sudah pasti uangnya juga sudah habis dari dulu. Uang habis kehormatan habis. Sudah lebih dari 6 tahun Ayah meninggal, tapi Ibu Wati masih mengingatnya dan menyebutnya dengan hormat.

Saya  seperti mendapatkan harta warisan yang sangat berharga. Saya nggak perlu tertunduk malu bila orang tahu aku anak Ayah. Sayapun ingin agar anak-anak  kelak merasa bangga bila orang lain menyebut nama ayah dan ibunya ini.

Ditulis oleh: Ardiati 'bunda Luqman'

1 komentar:

  1. inspiratif, langka tapi keharusan. gimana para ayah dalam mencarikan rizki buat keluarga saat ini?

    BalasHapus